oleh: Dhini Muliani Tan
Pada zaman dahulu kala disebuah daerah di Indragiri Hilir hiduplah seorang wanita bersama anak laki lakinya yang bernama Tuaka. Mereka hidup disebuah gubuk yang terletak di muara sebuah Sungai. Ayah Tuaka telah lama meninggal. Tuaka selalu membantu emaknya yang bekerja keras untuk hidup mereka. Mereka sering ke hutan untuk mencari kayu bakar agar bisa dijual. Pada suatu hari, dalam perjalanan pulang dari hutan, mereka melihat 2 ekor ular besar sedang berkelahi dan memperebutkan permata. Akhirnya salah satu ular itu mati dan satunya lagi sangat kesakitan oleh luka-lukanya. Tuaka dan emaknya berusaha menolong ular itu dan membawanya pulang untuk dirawat. Beberapa hari kedepan ular mulai sehat dan menghilang dari rumah Tuaka. Permata ditinggalkan dalam keranjang di rumah Tuaka. Tuaka dan emaknya terheran-heran dan mengamati permata itu dengan kagum.
“Mengapa ular itu meninggalkan permatanya, mak?
“Mungkin ular itu mau berterima kasih kepada kita. Permata itu kita jual dan hasilnya bisa untuk berdagang
“Baik mak, kata tuaka
Permata itu laku dijual Tuaka dengan harga tinggi kepada seorang saudagar, cuma sayang saudagar tersebut kekurangan uang dan mengajak Tuaka ikut ke temasik untuk menjemput semua uang. Tuaka pun pergi ikut saudagar itu ke temasik. Sesampai di temasik, saudagar membayar semua uang kepada Tuaka. Tuaka berdagang dan menetap di Temasik dan menjadi saudagar kaya raya. Rumahnya megah, kapalnya banyak, istrinya pun cantik. Dia tak ingat lagi dengan emaknya yang miskin dan hidup sendirian di kampung.
Suatu hari, Tuaka mengajak istrinya berlayar dengan kapal ke suatu tempat dan akhirnya berlabuh di kampung halamannya. Tetapi, Tuaka enggan menceritakan kepada istrinya. Tuaka tidak mau istrinya mengetahui bahwa dirinya Adalah anak seorang wanita tua yang miskin. Sementara itu, kedatangan tuaka terdengar sampai ke telinga emaknya. Emak bergegas menemui kedatangan anak laki-laki yang lama telah pergi.
“Tuaka anakku. Emak rindu, nak,” teriak emak dari sampan.
“Siapa Wanita tua itu,” istri tuaka
“Tuaka yg malu mengetahui emaknya yang tua dan miskin datang ke kapal megahnya, pura-pura tidak mengenalinya.
“Hei penjaga, jauhkan wanita tua miskin itu dari kapalku. Orang gila,”teriak tuaka.
“Oh Tuhan... ampunilah dosa tuaka karena telah durhaka kepadaku. Berilah dia peringatan agar dia sadar.,” ratap emak tuaka.
Rupanya Tuhan mendengar ratapan emak tuaka. Lalu langit menghitam petir menggelegar tiba-tiba tuaka berubah menjadi seekor burung elang dan istrinya menjadi seekor burung punai. Emak tuaka terkejut dan juga sedih melihat anaknya berubah menjadi burung elang, karena emak pun masih menyayangi anaknya tersebut. Burung elang dan burung punai itu pun mulu berputar-putar menangis di atas emak tuaka. Air mata kedua burung it uterus menetes dan membentuk Sungai kecil yang semakin lama semakin besar Sungai itu kemudian diberi nama Sungai Tuaka atau Batang Tuaka.
0 Komentar