Matahari mulai menampakkan sinarnya dari balik awan,menyinari kota Bagansiapiapi. Aku bangun lebih awal dari biasanya.Udara pagi terasa sejuk dan segar,membuatku bersemangat karena hari ini aku akan menyaksikan upacara Bakar Tongkang secara langsung.Dari kejauhan sudah terdengar suara orang -
orang yang sibuk menyiapkan upacara.Aku segera berangkat bersama keluarga menuju lokasi upacara.
Sesampainya di sana suasana begitu ramai.Jalan-jalan dipenuhi oleh orang-orang yang berasal dari berbagai daerah.Mereka tampak antusias menyambut jalannya upacara yang sudah menjadi kebanggaan masyarakat Bagan
siapiapi setiap tahunnya.Di tangan mereka berkibar bendera merah dan kuning,warna kebanggaan masyarakat Tionghoa – Melayu Riau.Di tengah lapangan berdiri sebuah tongkang besar yang tampak sangat megah dan begitu indah.
Tongkang merupakan kapal besar tanpa mesin yang digunakan untuk mengangkut barang-barang yang berat melalui air,seperti batubara,pasir,minyak,kayu,bahan bangunan,atau hasil tambang.Tongkang terbuat dari baja atau besi agar kuat menahan beban yang berat,Kapal itu dihias indah dengan warna merah,emas,dan kuning yang melambangkan kemakmuran dan keberuntungan.Dibagian depan kapal ditempelkan nama-nama dewa dan bendera-bendera doa,di dalam tongkang juga diletakkan sesajen,dupa,dan kertas sembhayang.
Menjelang puncak acara,tongkang akan diarak keliling kota Bagansiapiapi,arak-arakan ini diiringi dengan tabuhan genderang,tarian naga,dan barongsai.Proses ini menunjukkan rasa syukur dan semangat kebersamaan masyarakat Tionghoa. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara sembhayang besar di Kuil Eng Hok King,tempat pemujaan Dewa Kie Ong Ya dan Tai Sun Ong Ya,masyarakat berdoa meminta berkah,keselamatan,dan rezeki.Dupa dinyalakan,dan doa dibacakan secara bersama-sama.
Setelah sembhayang selesai,tongkang dibawa ke lapangan pembakaran.Tongkang diletakkan di tengah area khusus,lalu dibakar dengan api besar.Saat api mulai menyala,masyarakat berdoa dengan khidmat dan penuh haru.Mereka percaya,arah jatuhnya tiang layar tongkang saat terbakar akan menjadi petunjuk arah rezeki pada tahun itu.Jika tiang itu jatuh ke laut,artinya rezeki datang dari laut ( nelayan akan berlimpah hasil tangkapannya ),jika jatuh ke daratan,artinya rezeki datang dari darat ( pedagang dan petani akan lebih makmur)
Pembakaran tongkang menjadi simbol bahwa leluhur mereka tidak akan kembali ke Tiongkok,melainkan menetap di Nusantara.Artinya : “ Kapal sudah terbakar,kita tidak bisa kembali – ini adalah tanah tempat kita hidup dan berkembang.” Api yang membakar tongkang itu bukan sekadar simbol perpisahan dengan masa lalu,tetapi juga tanda tekad dan keberanian untuk menetap serta membangun kehidupan baru di tanah yang telah dipilih.
Bagi warga Bagansiapiapi,tradisi Bakar Tongkang bukan hanya acara budaya,tetapi juga perwujudan iman,rasa syukur,dan penghormatan pada sejarah leluhur. Lalu setelah api benar-benar padam dan tongkang menjadi abu,masyarakat membawa abu tongkang sebagai berkah dan penolak bala ke rumah,toko,atau perahu mereka,ada pula yang menaburkannya ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur pelaut yang dahulu datang dari Tiongkok.
Abu yang menjadi saksi bisu dari tradisi panjang yang diwariskan turun – temurun.Di balik abu itu tersimpan kisah tentang keberanian,keteguhan,dan rasa syukur leluhur kami ketika memutuskan untuk menetap di tanah Bagan siapiapi.Aku bisa merasakan bagaimana nilai kebersamaan dan pengorbanan itu terus hidup sampai sekarang.Tradisi ini diakhiri dengan festival rakyat – ada pertunjukan,pasar malam,dan doa bersama. yang sulit dijelaskan dengan kata
kata.
Beberapa hari setelah pembakaran,masyarakat kembali ke kelenteng (tempat ibadah)untuk melakukan sembhayang penutup,doa ini ditujukan untuk mengucap syukur karena upacara berjalan lancar dan mereka juga memohon keselamatan,kesehatan,dan rezeki untuk tahun yang akan datang.Mereka percaya bahwa melalui tradisi ini,keberuntungan dan keselamatan akan menyertai mereka sepanjang tahun.
Tradisi ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup,terkadang kita harus berani “membakar tongkang“ kita sendiri - melepaskan hal-hal lama agar bisa
melangkah maju dengan semangat baru.Dari sana,masyarakat diajarkan pentingnya kebersamaan,kerja keras,dan kepercayaan kepada Tuhan serta leluhur agar kehidupan selalu diberkahin dengan rezeki,kedamaian,dan keberuntungan.
Saya sangat senang bisa menyaksikan langsung upacara Bakar Tongkang di Bagansiapiapi.Suasananya begitu meriah dan penuh semangat,membuat saya merasa kagum sekaligus bangga.Ribuan orang berkumpul dengan wajah penuh harapan,membawa dupa dan doa sambil menatap tongkang besar yang akan dibakar.Saat api mulai menyala dan menjalar ke seluruh bagian kapal,suasana terasa begitu khidmat dan menegangkan.Saya bisa merasakan semangat,kepercayaan,serta kekompakan masyarakat Tionghoa yang tetap menjaga tradisi leluhur mereka dengan penuh keyakinan.
Bagi saya,momen itu bukan hanya sekadar acara budaya, tetapi juga simbol harapan baru dan doa untuk kehidupan yang lebih baik.Melalui upacara ini,saya belajar arti kebersamaan,rasa syukur,dan pentingnya menghargai warisan nenek moyang.Saya juga merasa bangga karena di Indonesia masih banyak masyarakat yang setia menjaga tradisi seperti ini.Api yang membakar tongkang seolah membawa pesan agar kita tidak melupakan asal – usul dan selalu berani menghadapi masa depan dengan keyakinan.Upacara Bakar Tongkang ini benar
benar memberikan kesan yang sangat mendalam bagi saya.
“Bakar Tongkang,nyalakan budaya – padamkan perpecahan”
.png)
0 Komentar