Api di Langit Bagansiapiapi - Belyana Natasya Panjaitan

 


Api di Langit Bagansiapiapi
Karya:Belyana Natasya Panjaitan

Matahari mulai menampakkan sinarnya dari balik awan,menyinari kota  Bagansiapiapi. Aku bangun lebih awal dari biasanya.Udara pagi terasa sejuk dan  segar,membuatku bersemangat karena hari ini aku akan menyaksikan upacara  Bakar Tongkang secara langsung.Dari kejauhan sudah terdengar suara orang - 

orang yang sibuk menyiapkan upacara.Aku segera berangkat bersama keluarga  menuju lokasi upacara. 

Sesampainya di sana suasana begitu ramai.Jalan-jalan dipenuhi oleh  orang-orang yang berasal dari berbagai daerah.Mereka tampak antusias  menyambut jalannya upacara yang sudah menjadi kebanggaan masyarakat Bagan 

siapiapi setiap tahunnya.Di tangan mereka berkibar bendera merah dan  kuning,warna kebanggaan masyarakat Tionghoa – Melayu Riau.Di tengah  lapangan berdiri sebuah tongkang besar yang tampak sangat megah dan begitu  indah. 

Tongkang merupakan kapal besar tanpa mesin yang digunakan untuk  mengangkut barang-barang yang berat melalui air,seperti  batubara,pasir,minyak,kayu,bahan bangunan,atau hasil tambang.Tongkang terbuat dari baja atau besi agar kuat menahan beban yang berat,Kapal itu dihias  indah dengan warna merah,emas,dan kuning yang melambangkan kemakmuran  dan keberuntungan.Dibagian depan kapal ditempelkan nama-nama dewa dan  bendera-bendera doa,di dalam tongkang juga diletakkan sesajen,dupa,dan kertas  sembhayang. 

Menjelang puncak acara,tongkang akan diarak keliling kota  Bagansiapiapi,arak-arakan ini diiringi dengan tabuhan genderang,tarian naga,dan  barongsai.Proses ini menunjukkan rasa syukur dan semangat kebersamaan  masyarakat Tionghoa. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara sembhayang besar  di Kuil Eng Hok King,tempat pemujaan Dewa Kie Ong Ya dan Tai Sun Ong  Ya,masyarakat berdoa meminta berkah,keselamatan,dan rezeki.Dupa  dinyalakan,dan doa dibacakan secara bersama-sama. 

Setelah sembhayang selesai,tongkang dibawa ke lapangan  pembakaran.Tongkang diletakkan di tengah area khusus,lalu dibakar dengan api  besar.Saat api mulai menyala,masyarakat berdoa dengan khidmat dan penuh  haru.Mereka percaya,arah jatuhnya tiang layar tongkang saat terbakar akan  menjadi petunjuk arah rezeki pada tahun itu.Jika tiang itu jatuh ke laut,artinya  rezeki datang dari laut ( nelayan akan berlimpah hasil tangkapannya ),jika jatuh ke  daratan,artinya rezeki datang dari darat ( pedagang dan petani akan lebih makmur) 

Pembakaran tongkang menjadi simbol bahwa leluhur mereka tidak akan  kembali ke Tiongkok,melainkan menetap di Nusantara.Artinya : “ Kapal sudah  terbakar,kita tidak bisa kembali – ini adalah tanah tempat kita hidup dan  berkembang.” Api yang membakar tongkang itu bukan sekadar simbol perpisahan  dengan masa lalu,tetapi juga tanda tekad dan keberanian untuk menetap serta  membangun kehidupan baru di tanah yang telah dipilih. 

Bagi warga Bagansiapiapi,tradisi Bakar Tongkang bukan hanya acara  budaya,tetapi juga perwujudan iman,rasa syukur,dan penghormatan pada sejarah  leluhur. Lalu setelah api benar-benar padam dan tongkang menjadi  abu,masyarakat membawa abu tongkang sebagai berkah dan penolak bala ke  rumah,toko,atau perahu mereka,ada pula yang menaburkannya ke laut sebagai  bentuk penghormatan kepada leluhur pelaut yang dahulu datang dari Tiongkok. 

Abu yang menjadi saksi bisu dari tradisi panjang yang diwariskan turun – temurun.Di balik abu itu tersimpan kisah tentang keberanian,keteguhan,dan rasa  syukur leluhur kami ketika memutuskan untuk menetap di tanah Bagan  siapiapi.Aku bisa merasakan bagaimana nilai kebersamaan dan pengorbanan itu  terus hidup sampai sekarang.Tradisi ini diakhiri dengan festival rakyat – ada  pertunjukan,pasar malam,dan doa bersama. yang sulit dijelaskan dengan kata 

kata. 

Beberapa hari setelah pembakaran,masyarakat kembali ke kelenteng  (tempat ibadah)untuk melakukan sembhayang penutup,doa ini ditujukan untuk mengucap syukur karena upacara berjalan lancar dan mereka juga memohon  keselamatan,kesehatan,dan rezeki untuk tahun yang akan datang.Mereka percaya  bahwa melalui tradisi ini,keberuntungan dan keselamatan akan menyertai mereka  sepanjang tahun. 

Tradisi ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup,terkadang kita harus  berani “membakar tongkang“ kita sendiri - melepaskan hal-hal lama agar bisa 

melangkah maju dengan semangat baru.Dari sana,masyarakat diajarkan  pentingnya kebersamaan,kerja keras,dan kepercayaan kepada Tuhan serta leluhur  agar kehidupan selalu diberkahin dengan rezeki,kedamaian,dan keberuntungan. 

Saya sangat senang bisa menyaksikan langsung upacara Bakar Tongkang  di Bagansiapiapi.Suasananya begitu meriah dan penuh semangat,membuat saya  merasa kagum sekaligus bangga.Ribuan orang berkumpul dengan wajah penuh  harapan,membawa dupa dan doa sambil menatap tongkang besar yang akan  dibakar.Saat api mulai menyala dan menjalar ke seluruh bagian kapal,suasana  terasa begitu khidmat dan menegangkan.Saya bisa merasakan  semangat,kepercayaan,serta kekompakan masyarakat Tionghoa yang tetap  menjaga tradisi leluhur mereka dengan penuh keyakinan. 

Bagi saya,momen itu bukan hanya sekadar acara budaya, tetapi juga  simbol harapan baru dan doa untuk kehidupan yang lebih baik.Melalui upacara  ini,saya belajar arti kebersamaan,rasa syukur,dan pentingnya menghargai warisan  nenek moyang.Saya juga merasa bangga karena di Indonesia masih banyak  masyarakat yang setia menjaga tradisi seperti ini.Api yang membakar tongkang  seolah membawa pesan agar kita tidak melupakan asal – usul dan selalu berani  menghadapi masa depan dengan keyakinan.Upacara Bakar Tongkang ini benar 

benar memberikan kesan yang sangat mendalam bagi saya. 

“Bakar Tongkang,nyalakan budaya – padamkan perpecahan”

Posting Komentar

0 Komentar