Irama Petuah Dari Tanah Melayu - Keyla Anindya Putri

 


Irama Petuah Dari Tanah Melayu
Karya: Keyla Anindya Putri

Pergi ke pasar membeli pinang, 

Pinang dijual di tepi kali. 

Kalau hendak hidup tenang, 

Jagalah tutur dalam diri. 

Begitulah sepenggal pantun yang sejak dahulu hidup di tengah masyarakat  Melayu yang merupakan sebuah warisan sastra lisan yang tak lekang dimakan  zaman. Pantun merupakan puisi rakyat yang tiap baitnya terdiri atas empat baris.  Karya ini telah ada sejak lebih dari lima abad yang lalu, berakar dari tradisi lisan  masyarakat Melayu yang gemar berbalas kata dengan santun dan berirama. Kata  pantun sendiri berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti penuntun atau  petunjuk, yang berfungsi menyampaikan nasihat dan panduan hidup. 

Dalam satu bait pantun, terdapat empat baris yang memiliki pola sajak a-b a-b. Dua baris pertama disebut sampiran, berfungsi sebagai pengantar atau  pembuka suasana, sementara dua baris terakhir disebut isi, yang mengandung  makna, pesan, atau nasihat yang ingin disampaikan. Setiap baris biasanya terdiri  atas delapan hingga dua belas suku kata, dengan jumlah kata antara empat hingga  enam kata. Struktur yang sederhana namun teratur ini menjadikan pantun terasa  indah dan mudah diingat. 

Pantun memiliki beragam jenis sesuai dengan tujuannya. Ada pantun  nasihat yang mengajarkan kebaikan dan sopan santun, pantun jenaka yang  mengundang tawa dan keakraban, pantun agama yang menanamkan nilai keimanan,  serta pantun sindiran yang menyampaikan pesan dengan halus tanpa menyinggung  perasaan. Keunikan pantun terletak pada kemampuannya menyampaikan makna  yang dalam melalui bahasa yang indah dan berirama.

Bagi masyarakat Melayu, pantun bukan sekadar rangkaian kata, melainkan  cerminan budi pekerti dan kearifan lokal. Melalui pantun, orang Melayu belajar  menyampaikan pesan dengan sopan, menasihati tanpa menggurui, dan menegur  tanpa menyakiti. Pantun menjadi media komunikasi yang lembut namun penuh  makna, sarana mengikat rasa, serta wadah menyampaikan nilai-nilai kehidupan dari  generasi ke generasi. 

Pantun mengajarkan kita bahwa dalam berbahasa harus ada keindahan,  kesantunan, dan ketepatan makna. Ia adalah denyut sastra lisan yang menandai  betapa kaya dan luhur budaya bangsa. Di tengah derasnya arus modernisasi,  keberadaan pantun menjadi pengingat agar kita tidak kehilangan akar kebudayaan  sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar