Merawat Warisan Menjaga Jati Diri Bangsa - Muhammad Abdullah Aziz Zulmi


Merawat Warisan Menjaga Jati Diri Bangsa 
Karya: Muhammad Abdullah Aziz Zulmi 

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya. Dari Sabang sampai  Merauke, tiap daerah memiliki warisan tradisi yang unik, mulai dari bahasa, tarian,  pakaian adat, upacara keagamaan, hingga berbagai kesenian rakyat. Semua ini  bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan cermin identitas bangsa yang  patut dijaga. Pelestarian budaya daerah menjadi kunci untuk mempertahankan  warisan budaya Indonesia di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi. Bayangkan suasana di sebuah desa Jawa saat gamelan ditabuh dalam upacara adat.  Denting saron, gong, dan kendang berpadu menciptakan harmoni yang tak lekang  oleh waktu. Anak-anak kecil berlari sambil menirukan gerakan penari wayang  orang, sementara para orang tua tersenyum bangga menyaksikan generasi penerus  yang mulai mencintai budaya mereka. Di sudut lain Nusantara, tepatnya di Bali, tari  Kecak dipentaskan di tepi pura dengan cahaya obor yang berkelip, menghadirkan  pesona sakral yang memikat wisatawan lokal maupun mancanegara. Gambaran ini  menunjukkan betapa kuatnya budaya daerah dalam membentuk wajah Indonesia. 

Namun, kenyataan di lapangan tidak selalu seindah itu. Banyak budaya  daerah yang mulai tergerus oleh modernisasi. Anak-anak muda lebih akrab dengan  tarian viral media sosial daripada tarian tradisional daerahnya. Lagu-lagu pop  global sering lebih dikenal daripada tembang daerah. Bahkan, tak jarang benda 

benda warisan budaya justru dibiarkan rusak atau hilang karena kurangnya  perhatian. Kondisi ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa budaya daerah  dapat punah jika tidak dilestarikan dengan sungguh-sungguh. Pelestarian budaya  daerah bukan sekadar menjaga benda atau pertunjukan, melainkan juga menjaga  makna dan nilai yang terkandung di dalamnya. Misalnya, batik bukan hanya kain  bermotif indah, tetapi juga memiliki filosofi kehidupan, kesabaran, dan ketekunan.  Tari Saman dari Aceh tidak hanya menampilkan keindahan gerakan serentak, tetapi 

juga menggambarkan kekompakan dan kebersamaan. Upacara adat seperti Seren  Taun di Sunda atau Tabuik di Pariaman bukan sekadar tontonan, melainkan sarana  mempererat persaudaraan antarwarga. Setiap budaya memiliki pesan moral dan  nilai luhur yang relevan dengan kehidupan masa kini. Tidak hanya di Jawa dan Bali,  berbagai daerah lain pun memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Di Tanah  Toraja, Sulawesi Selatan, masyarakat masih memegang erat tradisi Rambu Solo’,  sebuah upacara adat pemakaman yang menggambarkan penghormatan mendalam  kepada leluhur. Di Papua, suku Dani menjaga tradisi bakar batu sebagai simbol  kebersamaan dan rasa syukur. Sementara di Kalimantan, masyarakat Dayak dengan  penuh semangat menampilkan Tari Hudoq dalam upacara panen sebagai bentuk  penghormatan terhadap alam. Semua budaya ini menjadi bagian dari mozaik besar  yang memperindah wajah Indonesia. 

Pelestarian budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, melalui  pendidikan. Sekolah dan pondok pesantren dapat menjadi pusat pengenalan budaya  kepada generasi muda. Mata pelajaran seni dan muatan lokal bisa menanamkan  cinta budaya sejak dini, misalnya dengan mengajarkan tarian daerah, permainan  tradisional, atau kesenian lokal. Kegiatan ekstrakurikuler seperti karawitan, tari  daerah, dan teater rakyat juga menjadi wadah yang efektif untuk menumbuhkan  kebanggaan terhadap warisan leluhur. 

Kedua, melalui peran masyarakat dan komunitas budaya. Banyak sanggar  tari, kelompok musik tradisional, dan komunitas seni lokal yang menjadi benteng  pelestarian budaya. Mereka melatih anak-anak muda agar mampu memainkan alat  musik daerah, menari, atau membuat kerajinan khas daerah. Tidak hanya menjaga  tradisi, komunitas seperti ini juga sering mengadakan pertunjukan di tingkat lokal  maupun nasional, memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia. 

Ketiga, melalui dukungan pemerintah dan lembaga terkait. Pemerintah  daerah dapat mengadakan festival budaya tahunan, lomba busana adat, pameran  batik, hingga pelatihan bagi pengrajin tradisional. Selain itu, perlindungan hukum  terhadap warisan budaya tak benda, seperti yang diatur dalam Undang-Undang 

Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, menjadi dasar penting agar  budaya tidak mudah diklaim oleh bangsa lain. 

Selain tiga hal utama itu, pelestarian budaya juga dapat diperkuat melalui  teknologi dan media digital. Di era globalisasi ini, media sosial dapat menjadi  jembatan untuk memperkenalkan budaya kepada generasi muda dan dunia  internasional. Banyak kreator konten lokal yang mengangkat budaya daerah dalam  bentuk video edukatif, film pendek, atau konten kreatif lainnya. Misalnya, video  tutorial membatik, vlog perjalanan ke desa adat, atau musik tradisional yang  dikolaborasikan dengan irama modern. Dengan cara ini, budaya tidak hanya  bertahan, tetapi juga berkembang mengikuti zaman tanpa kehilangan esensi. 

Peran keluarga juga sangat penting. Di lingkungan rumah, orang tua dapat  mengenalkan budaya daerah dengan cara sederhana, seperti menggunakan bahasa  daerah, memperdengarkan lagu-lagu tradisional, atau memasak makanan khas. Hal hal kecil seperti itu menumbuhkan rasa cinta budaya sejak dini. Ketika anak-anak  tumbuh dengan kebanggaan terhadap warisan leluhurnya, mereka tidak mudah  terbawa arus budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Bayangkan  jika seluruh masyarakat Indonesia, baik di desa maupun kota, mau berperan aktif  melestarikan budaya. Setiap anak mengenal tarian, lagu, dan cerita rakyat  daerahnya. Setiap keluarga memiliki batik atau kain tenun khas daerah yang dipakai  pada acara tertentu. Setiap desa mengadakan festival budaya tahunan untuk menarik  wisatawan dan mempererat hubungan antarwarga. Gambaran itu menunjukkan  bahwa pelestarian budaya bukanlah sesuatu yang sulit jika dilakukan bersama 

sama. 

Selain menjaga eksistensi budaya, pelestarian juga memberikan manfaat  ekonomi. Budaya yang dikembangkan secara kreatif dapat menjadi daya tarik  wisata yang mendatangkan penghasilan bagi masyarakat lokal. Misalnya, wisata  batik di Pekalongan, wisata tenun di Lombok, atau festival Danau Toba yang  menggabungkan seni pertunjukan dan kuliner khas Batak. Dengan cara ini,  masyarakat tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperoleh manfaat  ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan. Pelestarian budaya juga berperan besar 

dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Walaupun Indonesia memiliki  ribuan suku dengan bahasa dan tradisi berbeda, semua diikat oleh semboyan  Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan budaya bukanlah penghalang, melainkan  kekayaan yang menyatukan. Saat kita mengenal budaya daerah lain, kita belajar  menghargai perbedaan dan memperkuat rasa persaudaraan sebagai sesama anak  bangsa. 

Budaya adalah jati diri bangsa. Jika budaya hilang, maka hilang pula identitas  kita sebagai bangsa yang berdaulat. Pelestarian budaya daerah bukan sekadar tugas  pemerintah atau seniman, tetapi tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia.  Dengan menjaga warisan budaya, kita menjaga marwah bangsa di hadapan dunia. 

Di era globalisasi, menjadi modern bukan berarti melupakan tradisi. Justru bangsa  yang kuat adalah bangsa yang mampu berdiri tegak di tengah arus perubahan tanpa  kehilangan akar budayanya. Oleh sebab itu, pelestarian budaya daerah harus terus  digalakkan, agar warisan leluhur tetap hidup, diwariskan dari generasi ke generasi,  dan menjadi cahaya yang menuntun perjalanan bangsa Indonesia di masa depan.



 

Posting Komentar

0 Komentar