Di antara Abu dan Tinta - Zahra Alya Hermansyah

Di antara Abu dan Tinta Tangan keriput itu bergetar menggengam pena. Namun, setiap goresan yang tercipta begitu anggun, sarat makna. Di rumah kecil yang lebih mirip gudang tua, berdinding kayu lapuk, dan beratap seng berkarat, tersimpan ratusan karya tulis yang begitu berharga dan keberadaannya diburu oleh sekutu. Pada zaman itu, pena lebih ditakuti dibandingkan senjata. Rambutnya yang telah memutih memantulkan cahaya lembut dari celah- celah dinding, menciptakan siluet tenang di pagi yang dingin. Namanya tak tercatat dalam buku sejarah, tetapi jejaknya tertanam dalam hati penduduk desa kecil ini. Ia adalah Kusuma Wijaya, lelaki tua yang hidupnya diabdikan untuk kata-kata yang tiap goresnya menyimpan semangat dan harapan sebuah bangsa. Ia duduk tenang di kursi goyang usang, ditemani aroma kopi yang menggantung hangat di udara. Rumah itu sunyi, hanya suara kursi kayu yang berderit lembut dan kicauan burung pagi yang menyambut hari. Di sudut ruangan, lemari-lemari tua dipenuhi buku dan k...